Gereja yang Bermanfaat
Oleh Pdt Sunggul Pasaribu


            Almarhum Ds GHM Siahaan, mantan pimpinan tertinggi (Ephorus) salah satu gereja terbesar di Asia tenggara pernah menolak sejumlah uang ketika bendahara majelis jemaat menyodorkan biaya transportasi. Kata mereka : “ Ompung, tolonglah ditandatangani kuitansi ini, karena jemaat telah menyiapkan biaya transportasi Omphui “. Tetapi, Omphui Ephorus menjawab : “ Saya sudah diberi Kantor Pusat biaya transpotasi pergi dan pulang dalam melakukan kunjungan pastoral ke jemaat ini – dan jika jemaat ini sudah menganggarkan biaya tersebut, maka pergunakanlah untuk pembangunan gereja ini “. (Dikutip dari Buku Biografi Ds GHM Siahaan, ditulis oleh Pdt Dr. Darwin Lumbantobing, Ketua STT HKBP Pematangsiantar dan Pdt Sunggul Pasaribu, Dosen UHN Pematangsiantar).
            Sikap Omphui terhadap majelis jemaat ini diartikan, bahwa Omphui Ephorus lebih memperhatikan pembangunan gereja (warga jemaat). Baginya, kejujuran, ketulusan, dan kepentingan gereja dan warga jemaat lebih utama daripada kepentingan pribadi. Uang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan kebutuha primer tetapi uang jangan membuat kita egois. Uang dapat dijadikan sebagai alat penukar tetapi uang bukanlah alat untuk berkuasa.
            Tuhan Yesus sangat menentang fungsi dan peran gereja yang komersial. Bahkan Dia bersikap ekstrim terhadap perilaku elit Yahudi, orang Farisi, Ahli Taurat dan para Imam yang sedang melakukan transaksi bisnis di areal (pelataran) Bait Allah sebagaimana yang dituliskan dalam Matius 21:12-15, ; “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel,”.
            Inilah tindakan Yesus yang pertama ketika memasuki kota Yerusalem, yaitu ; mengembalikan fungsi gereja supaya bermanfaat bagi program diakoni sosial. Pada saat itu, mereka mengabaikan bahkan menutup mata terhadap orang yang sakit, orang buta dan orang lumpuh. Para elit Yahudi dan pejabat agama telah dirasuki oleh perilaku komersialisasi Bait Allah. Yesus menyayangkan dan marah karena gereja telah terperangkap dengan urusan bisnis, mengumpulkan sebanyak mungkin uang dan hartabenda, gereja lebih cenderung mengurusi hal-hal yang materialistis.
            Tindakan Yesus di Bait Allah ini dilakukan karena Dia merasa iba meilhat orang-orang sakit yang berada di sekitar luar Bait Allah. Kepeduliaan sosial elit Yahudi dan para imam sangat tipis. Orang miskin, dan terlantar tidak mereka pelihara, orang pinggiran tidak mendapat tempat secara proporsional, praktik hidup beragama mereka hanya sebatas seremonial dan formalitas belaka, mereka terlihat benar dan suci – namun sesungguhnya hati mereka penuh kebencian, syirik, eksklusif. Inilah kejahatan sosial yang ditentang Yesus sehingga Dia membalikkan meja-meja pedagang di halaman Bait Allah, meskipun Yesus harus menghadapi resiko dibenci dan dimusuhi oleh elit Yahudi, kaum Farisi, Ahli taurat, dan para Imam.
            Bagi Yesus, gereja harus bermanfaat bagi warga-Nya, gereja sebaiknya memperhatikan masalah keprihatianan sosial, mengobati orang sakit, mencerdaskan pikiran, dan jiwa manusia, memberi makan, menghibur yang berduka, menegakkan keadilan, kebenaran, dan kedamaian, membangun dan mengembangkan kehidupan cinta-kasih ke dalam dan luar gereja.
            Gereja yang benar adalah jika bermanfaat secara rohani dan secara materi terhadap warga-Nya. Khotbah Yesus di bukit dalam Matius 5:13-15, supaya kita menjadi garam dan terang dunia. Tuhan Yesus bukan membenci uang, harta, atau materi. Tatapi, sikap orang percaya yang perlu diluruskan supaya jangan karena urusan materi, bisnis, atau harta, gereja melupakan tindakan mengasihi sesama terutama bagi mereka yang paling membutuhkan.
            Kita perlu mencermati keseimbangan hidup antara investasi materi, dan bisnis dengan inplementasi kerohanian. Kesalahan gereja dan orang percaya yang sering terjadi ketika ia hanya sibuk dengan urusan bisnis, dan materi sehingga melupakan ibadah, ini namanya gereja yang komersial. Atau, sebaliknya juga bisa terjadi, gereja dan orang percaya yang hanya fokus pada urusan ibadah, berdoa, bernyanyi semata, akhirnya melupakan inplementasi program diakoni sosial dan cintakasih, ini namanya gereja yang emosional. Menurut William James, seorang pakar Psykologi Agama, gereja yang tidak bermanfaat kepada manusia lambat laun akan ditinggalkan warganya.
            Supaya Yesus tidak marah kepada kita dan kepada gereja, hendaknya kita bermanfaat dan menjadi berkat kepada sesama dan senantiasa menyenangkan hati Allah. Amin..!


Penulis, Dosen di Universitas HKBP Nommensen





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia