Ya, Allah, Berilah Keadilan Kepadaku
(Mazmur 43:1-5)
Pdt. Dr. Pahala J. Simanjuntak
Sebuah film keluarga yang menarik berjudul The Winslow Boy mengisahkan tentang
seorang anak berusia tiga belas tahun yang dikeluarkan dari sekolah militer di
Inggris karena dituduh mencuri. Ayah si anak, sungguh yakin bahwa anaknya tidak
bersalah, maka ia mengerahkan segala kemampuan untuk membela anaknya itu. Saat
kasus ini menarik perhatian masyarakat, banyak orang mendukung anak itu dengan
mengeluarkan slogan "Biarlah keadilan ditegakkan, tegakkan keadilan”.
Seperti kisah inilah yang dialami sang pemazmur dalam nats Mazmur 43:1-5 ini.
Ada sesuatu dalam diri kita yang bersifat hakiki yaitu, merindukan
keadilan terhadap orang lain dan diri kita sendiri. Namun hanya ada satu aspek
keadilan yang sepenuhnya berada di bawah kendali kita, yakni perlakuan sikap
keadilan kita terhadap orang lain.
Nabi Mikha berkata kepada orang-orang yang melukai hati
Tuhan dengan keegoisan dan perlakuan mereka yang tidak adil terhadap orang
lain, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah
yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan
hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8). Apa yang Tuhan
harapkan dari kita? Dia menginginkan suatu tindakan berlaku adil, memiliki kasih,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu.
Sebagai orang Kristen, slogan hidup kita adalah
"Biarlah keadilan Tuhan yang ditegakkan terhadap diri kita". Hal-hal
yang besar dapat terjadi bila kita berkata, "Di keluarga saya, di tengah
masyarakat saya, di tempat kerja saya, dan dalam setiap hubungan saya dengan
orang lain, biarlah keadilan memihak saya!
Demikian dengan pemazmur yang berharap keadilan dari
Tuhan di saat ia menghadapi persoalan berat dari orang-orang yang tidak saleh
dan hidup curang. Kemudian ia melarikan diri untuk bersembunyi hingga ia tiba
di suatu gua sebagai tempat pengasingan. Sang pemazmur diolok-olok orang fasik
dan dianggap sebagai orang bodoh karena mempertahankan imanya kepada Tuhan. Namun
pemazmur menempuh cara yang sangat tepat dengan mengandalkan kuat kuasa Allah
sendiri. Dia berseru-seru kepada Tuhan dengan berkata: Berilah keadilan
kepadaku ya Allah dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh
(Mazmur 43:1). Pemazmur menggiring persoalan itu hanya kepada
Allah saja. Sebab dia yakin Allah adalah penolong yang memberi kelegaan baginya.
Pemazmur, anak Korah seorang dari keturunan Levi pencipta syair dan pemusik. Kerinduannya
kepada Tuhan yang menguatkan dan mengembalikan semangat hidupnya dari penghinaan
kaum yang tidak saleh itu. Seperti rusa yang merindukan air bersih demikianlah iman pemazmur rindu kepada Allah. Baginya
Allah itu adalah hakim yang adil dan pembela orang benar. Pemazmur sangat yakin
dengan keadilan Allah akan ditunjukkan-Nya kepada setiap orang percaya yang
datang kepada-Nya. Dalam hatinya
berharap bahwa keadilan Tuhan semata yang dapat menyelamatkan dirinya. Baginya,
Allah menjadi hakim yang membela atas perilaku orang fasik
Dalam Perjanjian Baru Allah telah mengutus anak-Nya Tuhan
Yesus Kristus ke dunia ini sebagai penolong supaya kita beroleh jawaban atas
persoalan kita. Di dalam Yesus kita akan memperoleh jalan keluar dan
keselamatan dari setiap masalah. Dialah yang membela dan membenarkan kita
ketika menghadapi musuh serta memberikan jalan keluar atas segala
kesulitan. Tuhan Yesus berkata: “Marilah
kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku
lemah-lembuh, dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk
yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan (Mat. 11:28-30).
Di tengah jaman yang maju dan modern sekalipun dimungkinkan
banyak masalah, pergumulan, yang mengelilingi kehidupan manusia, seperti ; persoalan
keluarga, sulit mencari pekerjaan, kesulitan ekonomi, gejolak sosial, politik. Akibatnya
manusia menjadi tertekan (stres), tertindas kekuasaan, teraniaya sistim yang
tidak sehat, manusia trauma dengan bencana.
Pertanyaannya, kemanakah kita mencari keadilan hati di
saat kita berada dalam keterpurukan hidup, pikiran, dan jiwa? Menurut
pengalaman iman sang pemazmur ia mencari, menuntut, dan menantikan keadilan
dari Tuhan agar membela perkara bathinnya. Oleh karena itu, seberat apapun
persoalan yang kita hadapi hendaknya kita tidak akan melakukan cara-cara yang duniawi untuk keluar dari
persoalan hidup. Percayalah! Melalui doa dan
permohonan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, maka kesulitan itu dapat
diatasi meskipun secara perlahan-lahan. Allah
tidak tinggal diam atas seluruh persoalan yang kita hadapi. Orang Kristen
adalah orang yang selalu berharap dan yakin bahwa Allah akan mendengar doa kita.
Berserulah kepada Tuhan sebab Dialah yang mampu menolong kita. Hadapilah tantangan
dan jangan menyerah sambil berseru-seru kepada Tuhan dengan kerendahan hati
kita. Amin.
Pematangsiantar, 15
Maret 2018
Penulis,
Pdt. Dr. Pahala J. Simanjuntak
HP.: 0813-6238-3729
Tidak ada komentar:
Posting Komentar