Keinginan
yang Salah Cara
(1 Raja
21:1-16)
Oleh, Pdt.
Sunggul Pasaribu
Tidak ada salahnya kita
memiliki berbagai keinginan, misalnya ; ingin menjadi kaya, ingin sukses dalam pekerjaan
dan karir, ingin menjadi orang yang terkenal, ingin mengelilingi belahan dunia,
ingin menjadi keluarga yang terpuji dan dipuji, ingin menjadi pemimpin, Tetapi mungkin
saja kita menghadapi masalah dalam menggapai keinginan. Sebab dalam
kenyataannya tidak semua keinginan kita dapat terpenuhi sebagaimana yang
direncanakan sejak awal.
Oleh karena itu
dibutuhkan kebijaksanaan untuk menyikapi dan memilah-milah skala prioritas
dalam merealisasikan kenginan-keinginan tersebut. Sebagai orang percaya, kita
harus dapat membedakan mana keinginan daging dan mana keinginan roh. Paulus
dalam Galatia 5:17 mengingatkan agar kita tidak hidup dalam keinginan daging,
tapi hidup dalam keinginan roh. Keinginan daging berlawanan
dengan keinginan roh. Mengapa? Sebab keinginan daging berpusat pada keinginan
manusia yang berdasarkan pada hawa nafsu, dapat membawa kepada kebinasaan, tetapi
keinginan roh berpusat pada keinginan Tuhan, keinginan yang mendatangkan berkat
dan damai sejahtera.
Melalui nats renungan
kita pada hari ini sebagaimana tertulis dalam 1 Raja-Raja 21:1-16, menceritakan
mengenai kelakuan dan tindakan seorang raja Samaria (Israel Utara), bernama
Ahab, Istrinya, Izebel dalam mewujudkan keinginannya untuk memiliki kebun
anggur Nabot dengan cara yang keji dan sadis. Mereka tega membunuh Nabot dengan
membuat suatu konspirasi jahat yang disutradarai Izebel.
Padahal Ahab seorang
raja, tentu saja kehidupanya pasti tidak kekurangan. Namun entah roh apa yang
menguasai hatinya sehingga berkeinginan untuk memiliki kebun anggur Nabot. Mengapa
Ahab bernafsu memiliki kebun anggur Nabot? Alasannya, karena kebun tersebut
berdekatan dengan rumahnya dan kebun itu mau ditanami sayur-sayuran (ayat.2).
Ahab berpikir alangkah senangnya kalau kebun anggur Nabot menjadi miliknya. Ia
tidak perlu jauh-jauh menanam sayur-sayuran.
Di samping itu, untuk
melepaskan kepenatan atau kebosanan di istana ia dapat pergi melihat kebun
sayur-sayuran yang dekat dengan istananya. Sebatas keinginan Ahab ini kita
anggap wajar. Bukanakah kita juga menginginkan yang sama? Kalau bisa, kita juga
sangat mengingini agar tempat kerja tidak jauh dari rumah kita. Kalau bisa
hanya dengan berjalan kaki kita bisa sampai ditempat kerja, sehingga tidak
perlu kuatir dengan kemacetan yang selalu kita alami. Demikian juga tempat
sekolah anak-anak kita usahakan memilih dekat dengan rumah tinggal kita.
Masalahnya ialah ketika
keinginan tersebut tidak memungkinkan terwujud, mentok, apakah kita harus
menghalalkan cara-cara yang tidak terpuji hanya untuk memenuhi hawa nafsu. Ahab,
ketika keinginannya mentok, di mana Nabot tidak bersedia menjual kebun
anggurnya dengan alasan yang sangat jelas, Tuhan melarang penjualan tanah pusaka
atau warisan nenek monyangnya sehingga Ahab merasa kesal, gusar bahkan
menyakiti diri dengan mengurung diri dan tidak mau makan.
Keinginan telah berubah
menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, hawa nafsu Ahab mulai merusak sikap dan
mentalnya, sepertinya ia manusia yang sangat berkekurangan. Akibatnya sangat
luar biasa, Nabot orang yang taat terhadap aturan agama, rajin beribadah namun
harus mati ketika berhadapan dengan Izebel yang jahat, yang menghalalkan segala
cara demi untuk menyenangkan hati suaminya, raja Ahab, ia harus memiliki kebun
anggur Nabot. Maka konspirasi pembunuhan pun dilakukan Isebel terhadap Nabot
dengan merekayasa kesalahan fatal Nabot, dengan tuduhan menghina Tuhan, Allah
sehingga ia harus dihukum mati di depan rakyat. Begitulah akhir hidup Nabot
sungguh tragis di tangan Isebel.
Ada satu illustrasi. Pada
suatu hari, di sebuah kebun yang besar, tampaklah buah-buah anggur mulai
matang, sehingga sangat menggiurkan dengan bentuknya yang bulat serta warnanya
yang hitam keunguan. Kera-kera itu berlari di atas jungkat-jungkit, ke kanan ke
kiri, berjinjit, melompat kecil, lalu berlari lagi ke kanan dan ke kiri. Apa
yang sedang mereka lakukan? Ternyata mereka sedang berebut meraih buah anggur
pada dahan yang paling dekat dengan jungkat-jungkit. Ketika seekor kera berlari
ke sisi lain yang lebih tinggi, kera yang lain segera mengikutinya untuk
mendapatkan tempat yang tinggi pula. Namun, apa yang terjadi? Perbuatan mereka
itu justru membuat sisi lain dari jungkat-jungkit menjadi lebih tinggi dan
mereka kembali berada di bawah.
Hal ini terjadi berulang
kali dan membuat kera-kera itu kesal. Hingga akhirnya ada salah satu dari
mereka yang menyadari kesalahannya dan ia mulai berdiam diri di salah satu sisi
jungkat-jungkit ketika teman-temannya pindah ke sisi lain. Saat itulah, kera
yang pandai itu berhasil memetik satu buah anggur dan memakannya. Setelah
berulang kali ia membiarkan teman-temannya sibuk berlari ke kanan dan ke kiri,
ia berhasil memetik buah anggur yang cukup banyak untuknya.
Ilustrasi di atas
menggambarkan, kera saja mampu bijaksana untuk mendapat buah anggur dari antara
rebutan sesama kera. Bukannya, kera yang satu membunuh kera yang lain hanya untuk
mendapatkan buah anggur. Janganlah kita mengorbankan sesama hanya untuk
memeroleh harta duniawi. Amin.!
Pematangsiantar, 20 Juli 2018.
Penulis,
Pdt. Sunggul Pasaribu,STh,MPdK
HP. : 0813-1669-6872.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar