Paulus
Dihambat, Injil Semakin Merambat
(Kisah Rasul
18:1-8)
Oleh, Pdt
Sunggul Pasaribu
Di suatu kota
karena air harganya mahal maka ia berencana untuk membuat sumur bor. Setelah ia
bertanya di sana sini, akhirnya lewat salah satu warga memperkenalkan di
perkampungan pada seorang bapak yang berprofesi sebagai pembuat sumur bor.
Harganya jauh lebih murah dibandingkan beberapa tempat yang sempat ia tanyakan
sebelumnya. Selama ia bekerja, ia sempat ngobrol dengannya. Ia berkata bahwa
pekerjaan itu sudah ia geluti selama puluhan tahun mengikuti jejak ayahnya.
Setiap bekerja ia penuh lumpur dan harus berkeringat dan kotor serta berbasah-basahan,
yang tentu tidak juga baik buat kesehatan. Ia bercerita bahwa anaknya tidak mau
lagi melanjutkan pekerjaan seperti ini karena tidak mau kotor. "Sekarang
lebih banyak pilihan buat bekerja pak, siapa yang mau lagi kerjaan yang kotor
seperti ini." katanya.
Dia berpikir,
kalau orang tidak lagi mau mengerjakan pekerjaan yang dianggap 'kotor' seperti
bengkel, sumur bor, pekerja bangunan, petani, nelayan dan lain-lain, tentu kita
tidak bisa maju. Menurutnya, ada banyak orang yang merasa pekerjaannya lebih
kecil dibanding orang lain sehingga mereka merasa tidak bisa berkembang. Mereka
lebih tertarik membandingkan pekerjaannya, mendengar apa kata orang daripada
mendengar pandangan Tuhan dan melakukan sesuatu di sana yang bisa membuat Tuhan
senang dan bangga.
Tugas pemberita
Injil sama seperti pekerja pembuat sumur bor, meski bisa membuat harga mahal
tapi ia tidak pernah memperhitungkan supaya beruntung banyak, ia tidak berfikir
kerjanya kotor bersama lumpur dan air, ia tidak patah semangat meski pekerjaan tersebut
tidak selamanya berhasil, karena ia harus berpindah tempat hingga ia menemukan
sumber air yang mungkin harus digali beberapa kali dan beberapa tempat.
Demikian halnya
dengan rasul Paulus sebagai hamba Tuhan yang menerima panggilan memberitakan
Inji harus siap sedia menghadapi resiko hujatan, penolakan, bahkan harus
diadili dan di penjara sekalipun. Nats renungan kita hari ini dari Kisah Rasul
18:1-8, yaitu, salah satu satu dari kisah pemberitaan Injil rasul Paulus bersama
orang percaya lainnya di kota Korintus menghadapi tantangan, hambatan, dan
pertentangan serta penolakan terutama dari kelompok orang Yahudi dan orang
Yunani serta dari Kaesar Klaudius. Perbuatan kejam dengan mengusir Paulus dari
Makedonia dan rekan penginjil lainnya merupakan penolakan terhadap keKristenan.
Mengapa? Karena Paulus memberitakan Yesus itu adalah Mesias (Kis. 18:5) sehingga
mereka diusir dari Korintus.
Meski rasul
Paulus dan rekan sekerjanya dihambat namun Injil justru semakin merambat ke
wilayah lainnya, di Korintus, Antiokhia, Makedonia, Atena, Spanyol, Listra, dan
semakin bertambah orang percaya, seperti ; Akwila, Pontus, Titius, Yustus, Krispus.
Kita juga menyadari
di setiap pekerjaan Tuhan selalu ada tantangan. Setiap pemberitaan Injil di
mana pun, kapan pun, dan kepada siapapun selalu akan mendapat gangguan. Namun
kita melihat bahwa bagaimanapun besar dan hebatnya kuasa si jahat tidak mungkin
dapat menghambat apalagi menggagalkan pekerjaan Tuhan. Melalui firman Tuhan
hari ini kita melihat betapa luar biasa dahsyatnya kuasa Tuhan yang menyertai
Paulus, dan tidak ada kuasa apa pun yang dapat bertahan di hadapan Tuhan. Maka,
kita harus lebih berani menunaikan panggilan untuk memberitakan Injil (Kisah
Rasul 18:1-8).
Akhirnya Injil
pun semakin berkembang setelah kegigihannya mengahadapi tantangan dan hambatan,
kini ia memperluas pelayanan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi
(Kis. 13:47). Maka, setelah menetap sekian lama di gereja induk, Antiokhia, dan
kemudian berkeliling ke jemaat-jemaat yang dia dirikan dan layani. Paulus
kembali mengarahkan diri untuk ke wilayah-wilayah baru agar Injil pun dapat
diberitakan di sana. Paulus membawa serta seorang murid bernama Timotius yang
dikenal dengan baik oleh saudara-saudara seiman di kota Listra.
Mari kita
menarik beberapa pelajaran yang bermanfaat untuk diterapkan dalam pelayanan
kita. Pertama, dalam melayani pekerjaan Tuhan kita perlu bekerja sama dengan
orang lain yang mempunyai beban dan iman yang sama. Seperti Paulus yang mengajak
Timotius dan juga Silas dalam melaksanakan pelayanan pemberitaan Injil Tuhan ke
berbagai tempat yang Tuhan siapkan untuk dilayani. Kedua, kita juga harus peka
dalam melakukan setiap pelayanan yang sudah kita pikirkan dan rencanakan dengan
baik. Sekiranya rencana kita tidak sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan
maka kita harus rela untuk menunda atau merubah rencana kita untuk disesuaikan
dengan rencana Tuhan yang pasti lebih baik dan sempurna (Yes. 55:8-9).
Selanjutnya,
dalam setiap pelayanan yang Tuhan percayakan untuk kita, kita harus senantiasa
bersandar dan berharap serta mengandalkan Tuhan sebagai yang Empunya pelayanan
tersebut sehingga meskipun ada berbagai halangan atau rintangan bahkan ancaman
maut, kita tidak gentar dan goyah. Selamat berjuang kepada para pemberita Injil
yang setia terhadap pekerjaan Tuhan meski ia harus dihujat, ditolak, menderita,
sakit, dianiaya, difitnah. Sesungguhnya orang seperti inilah teman sekerja
Allah. Amin.
Pematangsiantar, 13 Juli 2018
Penulis,
Pdt.
Sunggul Pasaribu,STh,MPd.K
HP.
: 0813-1669-6872.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar