Persembahan Buah Sulung Untuk Tuhan
(Keluaran 13:11-16)
Oleh, Pdt Sunggul Pasaribu
Suatu
malam, seorang wanita bermimpi bercakap-cakap dengan Allah. Ia begitu marah
atas semua penderitaan dan kejahatan yang ia lihat di sekelilingnya. Lalu ia
mengeluhkan hal itu kepada Allah, “Mengapa Engkau tidak berbuat sesuatu
terhadap semua ini?” Dengan lembut Allah menjawab, ; “Sudah. Aku telah
menciptakan engkau.” Allah bisa saja mengirimkan banjir, seperti yang
dilakukan-Nya pada zaman Nuh, untuk membasmi semua kejahatan dari muka bumi.
Dia mampu, tetapi Dia tidak mau melakukannya. Dia telah berjanji untuk tidak
akan melakukan hal seperti itu lagi (Kejadian 9:11). Sebaliknya, Dia memilih
untuk bekerja melalui manusia seperti kita, mengutus kita untuk menjadi
hamba-Nya, seperti Musa, kemudian memampukan kita untuk melakukan tugas
pembebasan dan perubahan.
Dia mengubah
Paulus dari seorang penganiaya jemaat menjadi “saksi-Nya terhadap semua orang”
(Kisah Para Rasul 22:15). Hidup dan surat-surat Paulus memberi pengajaran,
inspirasi, dan penghiburan kepada gereja dan pengikut Kristus pada masa-masa awal sampai saat ini. Kekuatan
Allah telah mengubah Paulus. Dan ia kemudian dipakai Allah untuk memberitakan
berita kabar baik.
Bagaimana dengan
saudara? Sudahkah saudara diubahkan oleh kekuatan Kristus Yesus? Apakah
sekarang Anda melayani-Nya dengan taat untuk mengubah kehidupan orang-orang di
sekeliling saudara? Marilah memohon agar Allah bekerja di dalam hati dan hidup
kita sehingga melalui kita, Dia akan membuat perubahan terhadap umat-Nya dan
kepada dunia ini.
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Nama Tuhan Yesus Kristus! Latar belakang dan konteks judul nats
renungan di atas adalah detik-detik terakhir kisah pembebasan umat Tuhan oleh hamba-Nya,
Musa. Adapun cara Allah dengan mendatangkan tulah kesepuluh, yaitu, peristiwa
kematian setiap anak sulung di Mesir (Keluaran 11). Pada kesempatan itu, Allah
memerintahkan umat Israel, sebelum mereka meninggalkan Mesir, mereka harus
terlebih dahulu melakukan kurban persembahan dengan menyembelih domba jantan,
kemudian memercikkan darah anak domba tersebut pada kedua tiang pintu di rumah
mereka masing-masing (Inilah yang disebut peristiwa Paskah, Bhs.Ibrani, Pesakh).
Strategi ini adalah untuk menandai komunitas umat Tuhan sebab ketika ada
perintah segera meninggalkan negeri Mesir, berarti hanya rumah yang bertanda
percikan darahlah penghuni bangsa Israel.
Allah akan melakukan
perkara besar dengan perbuatan tangan-Nya untuk membebaskan mereka dari tangan
raja Firaun. Tujuannya supaya mereka mengenang kehidupan pahit yang mereka
alami di mana kehidupan dan penderitaan mereka akan diubah oleh Tuhan menjadi
kehidupan yang bebas dan merdeka. Tangan Allah yang bekerja melalui hamba-Nya,
Musa, hanya dengan kuat kuasa Tuhan terjadi pembebasan. Kemudian Allah pun
berseru kepada umat-Nya melalui Musa agar mereka menjadi bangsa yang setia,
taat, serta beribadah kepada Allah pembebas mereka.
Inilah perintah
Tuhan setelah nantinya mereka tiba di tanah Kanaan,; “Apabila engkau telah
dibawa Tuhan ke negeri orang Kanaan, seperti yang telah dijanjikan-Nya dengan
sumpah kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dan negeri itu telah diberikan-Nya
kepadamu, maka haruslah kaupersembahkan bagi Tuhan segala yang lahir terdahulu
dari kandungan; juga setiap kali ada hewan yang kaupunyai beranak pertama kali,
anak jantan yang sulung adalah bagi Tuhan” (Keluaran 13:11-12).
Untuk mengenang
penderitaan yang pernah dialami mereka ketika di Mesir maka Allah memerintahkan
supaya memberikan persembahan buah sulung, yaitu,; anak sulung mereka kepada
Tuhan, serta hewan ternak yang bernak pertama sekali, anak jantan yang sulung
untuk Tuhan. Perintah untuk menyampaikan perembahan buah sulung merupakan
persembahan ucapan syukur atas perbuatan Tuhan kepada nenek moyang mereka yang
telah membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir.
Dengan cara ini
Tuhan menghendaki supaya umat Israel menyadari bahwa mereka bisa bebas,
merdeka, dan menikmati hidup karena kekuatan Tuhan semata yang mengasihi
mereka. Persembahan buah sulung adalah cara untuk memotivasi generasi umat
Israel di masa depan agar jangan melupakan perbuatan Tuhan, supaya mereka jangan
melupakan sejarah perbuatan Tuhan di Mesir yang menderita selama empat puluh tahun.
Mereka perlu diingatkan agar menjadi bangsa yang taat beribadah kepada Tuhan
Makna Teologis
dalam Perjanjian Baru tentang persembahan buah sulung itu telah dikerjakan oleh
Yesus Kristus yang memberi diri-nya disalibkan untuk tebusan dosa umat manusia.
Kini, manusia sudah menjadi manusia yang dimerdekakan dari dosa. Tetapi kita
juga diingatkan agar jangan mengartikan kebebasan, kemerdekaan Kristus menjadi
sesuka hati berbuat dosa, dan berlaku curang meskipun tersedia setiap saat
kasih karunia Kristus.
Sebagai orang
Kristen, pada bulan Agustus ini kita diingatkan tentang hari kemerdekaan bangsa
Indonesia. Bila kita sekarang dapat menikmati kehidupan setelah kita memeroleh
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara maka dituntut tanggung jawab kita
untuk mempersembahan permbangunan, partisipasi, pemikiran konstruktif sebagai buah
sulung yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara demi menyenangkan
hati Tuhan. Amin!
Pematangsiantar, 03 Agustus 2018
Penulis,
Pdt.Sunggul
Pasaribu,STh,MPdK
HP.
: 0813-1669-6872
Tidak ada komentar:
Posting Komentar