Carilah Hikmat
Oleh, Pdt
Sunggul Pasaribu,M.Pd.K
(Dosen Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar)
Bacaan, 1 Raja 3:9 Maka berikanlah kepada
hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan
dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup
menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?
Orang yang suka berbicara diperkirakan
melontarkan 30.000 kata setiap hari!
Di rumah, di tempat kerja, di tempat umum, ketika bersenda gurau, di ruang
kelas ketika saat mengajar. Pertanyaannya, bagaimana
perkataan kita, apakah itu banyak maupun sedikit, adakah
setiap perkataan kita dapat memengaruhi sesama manusia dan lingkungan kita?
Suatu ketika seorang filsuf Yunani pernah
meminta pelayannya memasakkan hidangan paling lezat. Maka si pelayan yang bijak
itu pun menyuguhkan
hidangan seperti yang diminta
tuannya, yaitu; berupa daging lidah dan berkata,
"Ini adalah hidangan terlezat di antara semua hidangan lain, karena
hidangan ini mengingatkan kita agar menggunakan lidah untuk memberkati dan
mengungkapkan sukacita, menghalau kesedihan, mengenyahkan keputusasaan, dan
menyebarluaskan sukacita dan keceriaan."
Namun pada saat yang lain,
lalu ia minta hidangan yang paling tidak enak.
Lagi-lagi si pelayan menyuguhkan daging lidah sembari berkata, "Ini adalah
hidangan yang paling tidak enak, karena mengingatkan kita bahwa kita bisa
menggunakan lidah untuk menyumpahi, dan meremukkan hati, menghancurkan
reputasi, menciptakan pertikaian, serta membuat keluarga dan bangsa
berperang."
Untuk memahami maksud kata-kata si pelayan
itu, kita tidak perlu makan daging lidah terlebih dulu. Kita mungkin perlu "menelan
perkataan kita sendiri" sebelum kita belajar untuk menghindari perkataan
yang ingin kita tarik kembali. Fungsi
lidah yang benar akan melahirkan perkataan bijak.
Salomo menulis: "Lidah orang bijak
mendatangkan kesembuhan" (Amsal
12:18). Ayat ini menegaskan dan menyemangati sesama
kita. Kata kunci dari ayat tersebut bukanlah lidah melainkan bijak (hikmat). Lidah tidak
dapat mengontrol dirinya sendiri, kecuali
hanya si pemiliknyalah yang mampu mengontrolnya. Di sinilah peran dan fungsi hikmat bagi manusia.
Raja Salomo adalah contoh
teladan bagi kita, mengapa? Kita bisa mempelajari tentang pengalaman Raja
Salomo sebagai seorang raja. Kekuasaan dengan segala kekuatan dan perangkat
yang dimiliki dalam pemerintahannya tidak cukup sempurna untuk memimpin Bangsa
Israel bila tidak memiliki hikmat dan kebijaksanaan. Dalam cerita yang
mengisahkan perjumpaan dalam doanya kepada Tuhan (1 Raja 3:4-12), menggambarkan
kepada kita, di mana hikmat Tuhan menjadi penentu kesuksessannya dalam memimpin
umat Tuhan.
Dewasa ini sangat
dibutuhkan hikmat dalam menentukan pilihan yang terbaik dan berguna, dalam
mengutarakan pendapat yang dapat menyenangkan semua pihak, dalam menempatkan
diri di tengah perbedaan suku, ras, golongan, dan agama. Maka hikmat Tuhan akan
menuntun kita untuk mengenal kehendak Tuhan di dunia ini. Jika Anda ingin lidah Anda membangun sesama dan tidak menjatuhkan,
mintalah Allah membuat Anda bijak.
Amin.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar