Menjadi
Pendengar dan Pelaku Firman
(Yehezkiel
33:23)
Oleh, Pdt.
Sunggul Pasaribu,M.Pd.K
Ada seorang pria
yang rajin pergi ke gereja. Ia suka mendengar khotbah yang bagus dan
mendiskusikan kebenaran Alkitab terhadap temannya sehari-hari. Ia dan keluarganya
setia mengikuti kebaktian dua kali setiap hari Minggu. Namun di rumahnya, pria
ini adalah seorang yang kejam. Bahkan ia pernah memukul istrinya.
Ketika pihak
pengurus gereja mengetahui hal ini lalu melaporkan peristiwa tersebut kepada
bapak pendeta. Kemudian pendetanya pun datang mengunjungi keluarga ini dan
ingin mencoba berbicara dengannya. Ia memperingatkan si bapak yang kejam
terhadap istrinya bahwa jika pria itu masih saja terus melakukan kekerasan
dalam rumah tangga maka pihak gereja akan mengeluarkan mereka dari keanggotaan
gereja, dan pada suatu waktu kelak bapak akan menjadi orang yang kesepian dan
tidak dicintai. Kata Pak pendeta. Namun teguran itu tidak dihiraukan.
Akhirnya,
istrinya meninggalkannya dan para putrinya yang sudah menikah menolaknya.
Perkataan pendetanya benar-benar menjadi kenyataan. Saat ini ia kesepian dan
ditolak oleh keluarganya. Orang-orang pada
zaman Yehezkiel mirip sekali dengan pria tua di atas. Mereka suka mendengarkan
para nabi berbicara tentang petunjuk-petunjuk Allah, tetapi mereka tetap saja
hidup dalam kejahatan dan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang diberikan
dengan sungguh-sungguh. Tepat seperti yang dinubuatkan oleh para nabi, bangsa
Babel datang dan menjadikan mereka bangsa tawanan. Hingga kemudian mereka
menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar, yakni mendengarkan
firman Allah tanpa mau melakukannya. Namun sudah terlambat bagi mereka untuk
mencegah datangnya hukuman Allah.
Bila kita
mempelajari riwayat sejarah kehidupan bangsa Israel baik ketika di tanah
Kanaan, maupun di Mesir, dan penghukuman terakhir mereka ditawan ke Babilonia.
Hidup umat Tuhan tidak pernah lepas dari penderitaan. Seolah mereka jauh dari
mata Tuhan, padahal Tuhan sengaja membiarkan mereka mengalami hukuman tersebut
sebab mereka mendengar tetapi tidak melakukan, sebab mereka mengetahui namun
tidak memahami kehendak Tuhan, mereka mengenal jalan Tuhan tetapi mereka tidak
setia.
Menurut
ilustrasi Yesus tentang orang yang bebal untuk menjadi pendengar dan pelaku Firman
Tuhan dikatakan dalam Injil Matius 13:20-22, “kepada setiap orang yang mendengar firman
tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan
merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang
yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di
tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia
ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuahTuhan,
tolonglah kami untuk menerapkan kebenaran-Mu dalam hidup kami sehingga kami
mengalami kasih-Mu. Tolong kami untuk menjadi pendengar sekaligus pelaku
firman-Mu”
Ada empat jenis
manusia menurut illustrasi Yessu seperti di atas, yaitu ; pertama, manusia bagai
anak jalanan, kedua, manusia berhati batu, ketiga, manusia berhati ditumbuhi semak
belukar, keempat, manusia berkualitas rohani.
Benar, di jaman
modern ini manusia terlihat maju dan survive (berkemampuan dan berkecukupan).
Namun salah sau ciri-ciri manusia modern ia semakin individualistis dan egois.
Kecenderungan manusia yang individualistis dan egois, yaitu; manusia semakin
kehilangan hati nurani untuk membedakan hal yang bersifat kebaikan bersama, jauh
dari sifat mengasihi orang yang kekurangan, tidak mau lagi direpotkan dengan
kepentingan yang merugikan dirinya, ia tidak peduli dengan kelompok orang kecil
dan miskin sebab hal itu bukan urusannya, keberpihakan sangat ditentukan
sejauhmana menguntungkan dirinya, kekerabatann terbentuk menurut klaster
(pengelompokan status sosial, ekonomi, dan budaya),
Seperti sudah
diterangkan di bagian awal, mereka yang menjadi pendengar dan pelaku firman
bila orang itu memiliki spiritualitas, bukan sekadar intelektual. Lukas 8:15
menambahkan bahwa orang-orang ini menyimpan firman itu dalam hati mereka yang
baik sehingga dapat berbuah. Di sini adalah internalisasi dan konsistensi untuk
menjadi pendengar dan pelaku firman itu.
Marilah kita
memohon pertolongan Roh Kudus agar setiap firman yang kita dengar tidak menjadi
sia-sia, jangan seperti angin berlalu pendengaran kita terhadap firman Tuhan. Sebab
firman Tuhan akan bekerja bagi orang yang senantiasa merindukan
pertolongan-Nya. Amin.!
Penulis, Dosen Universitas HKBP Nommensen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar