Mendambakan Belas Kasih-Nya
Oleh, Pdt.
Sunggul Pasaribu,M.Pd.K
Ketika Francisco Venegas, penjaga
sekolah di Colorado, mengamati anak-anak yang sedang asyik di tempat bermain,
ia melihat seorang anak perempuan sembilan tahun jatuh dari bangku tanpa sebab
yang jelas. Lalu dilihatnya wajah anak itu berkerut aneh. Melihat ada yang
tidak beres, Francisco melaporkan apa yang telah dilihatnya ke kantor sekolah.
Beberapa hari
kemudian anak itu tiba-tiba mengalami serangan stroke dan dilarikan ke rumah
sakit. Berdasarkan informasi Francisco, dokter pun memutuskan untuk melakukan
scan otak. Benar, mereka menemukan tumor. Syukurlah, anak itu berhasil
dioperasi dan sembuh.
Banyak orang
menyebut Francisco Venegas "orang Samaria yang murah hati", seperti
tokoh yang diceritakan Yesus tentang tiga orang yang melihat orang yang
membutuhkan pertolongan. Dua orang pertama "melewatinya dari seberang
jalan" (Lukas 10:31,32). Tetapi yang ketiga, seorang Samaria,
memperlihatkan belas kasihan (ayat 33-35).
Belas kasihan
tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan. Belas kasihan berarti mau
terlibat dalam penderitaan orang lain karena tak kuasa meninggalkannya. Belas
kasihan timbul dari hati yang terarah kepada Allah dan orang-orang yang
sama-sama menjalani kehidupan ini. Tindakan belas kasih tidak membutuhkan
pertimbangan, apalagi keraguraguan.
Kisah Yesus
mengenai orang Samaria yang murah hati diakhiri dengan satu perintah bagi kita:
"Pergilah, dan perbuatlah demikian" (ayat 37). Yesus melihat setiap
orang dengan pandangan belas kasih, dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal
yang sama.
Apakah yang
menjadi latar belakang inti cerita tentang orang samaria yang murah hati ini? Perumpamaan
Yesus akan membongkar pemahaman picik para Ahlio taurat tentangsesamanya
manusia, sekaligus menggugah kepekaan kasih terhadap sesama manusia.
Yesus membandingkan para pemuka agama Yahudi dengan orang Samaria
yang dianggap ras campuran yang lebih rendah. Imam dan orang Lewi ternyata
hanya mampu mungkin bersimpati kepada sesama Yahudi mereka yang kemalangan
sementara si Samaria ternyata berempati kepada orang yang secara ras
sering menghinanya. Empatinya itulah yang menggerakkan dirinya menolong
si malang tersebut, bahkan dengan tidak kepalang tanggung.
Dialog babak
kedua ini ditutup dengan kemenangan Yesus terhadap si ahli Taurat. Si ahli Taurat tidak bisa mengelakkan diri dari pengakuan
siapa sesama manusia sesungguhnya. Sehingga dengan otoritas Yesus bisa
berkata, "Pergilah, dan perbuatlah demikian" (ayat 37).
Bagaimana membangun
kepekaan terhadap sesama kita? Pertama-tama harus
terlebih dahulu memiliki sungguh-sungguh kasih kepada Allah. Barulah kita bisa mengasihi yang Allah kasihi, yaitu sesama kita. Bisa mengasihi Allah, tentulah lebih dahulu kita mengalami kasih Allah. Sayangnya, semua itu hanya ada secara teoretis di dalam
pikiran si ahli Taurat. Mudah-mudah tidak demikian dengan kita.
terlebih dahulu memiliki sungguh-sungguh kasih kepada Allah. Barulah kita bisa mengasihi yang Allah kasihi, yaitu sesama kita. Bisa mengasihi Allah, tentulah lebih dahulu kita mengalami kasih Allah. Sayangnya, semua itu hanya ada secara teoretis di dalam
pikiran si ahli Taurat. Mudah-mudah tidak demikian dengan kita.
Inilah gambaran
yang dikisahkan dari cerita Alkitab tentang orang samaria yang murah hati,
yaitu ; Orang Yahudi (terutama kelompok Imam) tidak berkenan menolong
disebabkan si korban bukanlah orang yang dikenalnya, bagi kaum Imam menolong orang yang sekarat (dianggap hampir
mati) adalah najis hukumnya, takut terlibat sebagai saksi untuk menyatakan
kebenaran, menipisnya sikap solidaritas kaum Imam dan Ahli Taurat terhadap
sesama yang membutuhkan pertolongan.
Tuhan Yesus
ingin mengajarkan kepada mereka bahwa belas kasih di atas segala-galanya. Tidak
ada gunanya mereka mengetahui banyak hal tentang Taurat, tentang Firman Tuhan
bila, tentang Kerajaan Allah bila perilaku mereka tidak memiliki belas kasih
terhadap sesama.
Mengapa Yesus mengajarkan
dengan menggunakan cara perumpamaan seperti ini? Sebab Yesus tahu betul bahwa
mereka bebal, sulit untuk berdiskusi, mereka picik terhadap dunia luar, mereka
lebih suka dipuji dari memuji orang, mereka merasa manusia paling benar, lebih
suci. Maka metode pengajaran Yesus terhadap orang seperti ini lebih tepat
dengan cara memberikan suatu perumpamaan, dengan harapan mereka segera akan
sadar bahwa mereka sendirilah yang dimaksudkan Yesus orang yang membutuhkan
belas kasihan tersebut, bukan hanya orang sakit, dan belajarlah seperti orang
Samaria yang baik hati.
Saudara yang
dikasihi Tuhan Yesus. Di jaman ini banyak manusia di dunia sedang mendambakan
belas kasih-Nya. Orang sakit mendambakan kesembuhan sesegera mungkin, orang
yang baru selesai studinya berharap segera mendapatkan kerja, orang tua
mendambakan anak-anaknya dapat membahagiakan mereka, para guru mendambakan anak
didiknya belajar dengan tekun, pemerintah mendambakan negeri ini akan semakin
sejahtera, aman, dan semakin maju. Semuanya akan terjadi bila kita menumbuhkan
sikap belas kasih Tuhan Yesus terhadap sesama. Amin.!
Penulis, Dosen Universitas HKB Nommensen Pematangsiantar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar