Dipilih dan
Diutus Supaya Berbuah
(Yohannes
15:9-17)
Ole, Pdt.
Sunggul Pasaribu,MPd.K
Yesus
tidak meminta Anda atau saya untuk mewartakan Kabar Baik kepada dunia seorang
diri. Kita tak akan mampu melakukannya. Tetapi Dia meminta agar kita berbuah
banyak (Yohannes 15:8). Salah satu caranya adalah dengan membawa seseorang
kepada Kristus. Jika kita membawa seseorang kepada Tuhan, dan orang itu membawa
satu orang lagi dan demikian seterusnya, maka ada potensi besar untuk
melipatgandakan jumlah, sama seperti biji yang ditanam dan memberikan hasil.
Beberapa tahun
silam, Museum Ilmu Pengetahuan dan Industri di Chicago memamerkan sesuatu yang
menarik. Di sana diperlihatkan sebuah papan permainan dam dengan satu butir
gandum di atas bidang pertama, dua butir di bidang kedua, empat butir di bidang
ketiga, dan selanjutnya berturut-turut delapan, enam belas,tiga puluh dua, enam
puluh empat butir, sampai tak ada lagi tempat. Lalu ada sebuah pertanyaan,
"Dengan dasar pelipatgandaan pada tiap bidang secara berurutan seperti
ini, berapa butir gandum akan Anda dapati pada bidang yang ke enam puluh empat?"
Anda dapat
menekan tombol di bawah papan tersebut untuk menemukan jawabannya. Lalu jawabannya
apa? "Sembilan sektiliun (satuan dengan dua puluh satu nol) cukup untuk
menyelimuti seluruh benua India setinggi lima belas meter." Luar biasa! Jika
setiap kita membawa satu orang saja kepada Kristus setiap tahun, dan setiap
tahun pula orang tersebut membawa satu orang lagi kepada Kristus, maka tuaian
akan berlimpah. Ini sedang terjadi di beberapa bagian dunia saat ini. Bukankah
sudah tiba waktunya bagi kita untuk mulai mewartakan Kabar Baik dan berbuah?
Pada awal
panggilan dan pengutusan dialamatkan kepada Abraham (Kejadian 12), kemudian di
jaman Yesus bahwa panggilan dan pengutusan ditujukan kepada kedua belas
Murid-Nya (Matius 28:18-20). Setelah jaman Yesus pengtusan dilanjutkan oleh
para Rasul, misal, rasul Paulus. Begitulah sejarah pertumbuhan kerajaan Allah
yang dimulai dari Judea, Asia, Eropa hingga kini sudah memasuki ke seantero
dunia ini.
Nats renungan
Yohannes 15 ini ditulis dalam konteks ketika Yesus memasuki masa terakhir
pelayanan-Nya sehingga Ia perlu memberitahu, memilih, mengutus para murdi-Nya
dengan terlebih dahulu membekali mereka dengan pokok-pokok pengajaran untuk
memberi keyakinan bahwa setiap orang yang akan diutus-Nya hendaklah tertanam
prinsip kasih, senantiasa tinggal di dalam dan bersama Dia. Bila mereka
berpegang teguh atas pengajaran Yesus ini maka niscaya mereka akan mampu
memberitakan Injil dengan cara membuahkan kebaikan, cinta kasih, keadilan,
perdamaian. Bila diperlukan jangan memperhitungkan pengorbanan diri sendiri.
Demikiamnlah dunia ini supaya semakin banyak menjadi pengikut Kristus.
Yesus memilih
dan mengutus mereka supaya lebih mengedepankan tindakan atau buah-buah iman
kepercayaan ketimbang retorika. Suatu buah jauh lebih efektif dirasakan dunia
untuk membawa manusia kepada Kristus dari pada seribu penjelasan tentang iman
kepercayaan. Setelah sekian lama para murid, atau rasul bersama Kristus untuk menerima
pengajaran dan pengenalan akan Roh kebenaran namun di saat terakhir ini Yesus
membekali mereka dengan misi perbuatan baik, buah-buah cinta kasih.
Di jaman
Yesus ketika itu, khotbah yang efektif
adalah dengan buah, bukti nyata, mampu mengisi kebutuhan rohani dan jasmani.
Mengapa? Sehubungan dengan perkembangan pengethuan, perkembangan kemajuan
jaman, perluasan kekuasaan (invasi) yang sudah merajai kawasan Asia raya ketika
itu, maka tidak sedikit jumlah orang pintar dan bijak ditengah-tengah orang
Jahudi. Jadi, bila hanya mengandalkan retorika semata tentu pertumbuhan Injil
Kerajaan Allah akan lambat diterima masyarakat.
Artinya, Yesus
menjelaskan visi masa depan Injil sangat ditentukan oleh buah iman orang yang
percaya dan gereja termasuk para pekabar Injil (Rasul, Pengkhotbah,
Rohaniawan). Injl dikatakan berhasil menembus kalbu manusia dan dunia bila
orang percaya dan gereja nenperlihatkan buah-buah perbuatan baik. Inilah
strategi pengutusan dan pemberitaan Injil, yaitu ; menggunakan metode deret
ukur – bukan deret hitung.
Misalnya, orang
percaya dan gereja berbuat secara strategis terhadap satu orang yang belum
Kristen saja kita menolong yang bersangkutan dengan memberi makan ketika lapar,
memberi minum ketika mereka haus, menolong di saat kesusahan, mengajar dengan
hikmat dan kepandaian maka orang itu akan menjadi saksi berantai terhadap satu,
kemudian terhadap sepuluh orang akan mengetahui akibat kesaksiannya, seterusnya
seratus orang secara berantai akan bersaksi tentang kebaikan kasih Tuhan yang
kita lakukan.
Dewasa ini
keKristenan kita semakin mengerucut dan kerdil bukan karena kita kecil tetapi
karena kita egois, tamak, tidak sehati sepikir, berpikir sektoral, kikir dalam
berbagi pengetahuan dan pengalaman, manusia pendendam, takut dan pengecut terhadap
tantangan, merasa besar kepala. Sekarang, buanglah perilaku buruk ini jika kita
ingin berbuah di dunia ini agar kita menjadi berkat. Amin..!
Pematangsiantar, 08 Maret 2018
Penulis,
Pdt.
Sunggul Pasaribu,STh,MPd.K
HP.
: 0813-1669-6872.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar