Kisah Rasul 10:39-43, DIPANGGIL MENJADI SAKSI KEBANGKITAN YESUS

Bangkitlah Menjadi Saksi Kristus
(Kisah 10:39-43)
Oleh, Pdt. Sunggul Pasaribu,MPd.K

               
Untuk bisa menjadi seoang saksi haruslah orang yang benar-benar melihat kejadian itu secara langsung. Dalam perisiwa kebangkitan, ada saksi mata yang melihat kebangkitan Yesus dari kubur, seperti, penjaga kuburan, para perempuan yang ingin melayat-Nya, yaitu ; Maria, Maria Magdalena, dan Yohanna. Sesampainya di sana bahwa ternyata kubur itu telah kosong dan Yesus pun tidak lagi ditemui dalam kubur tersebut. Artinya, bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dari kubur-Nya.
         Apa makna dengan peristiwa kebangkitan? Pertama, bahwa kemanusiaan Yesus tidak boleh kita samakan dengan kemanusia (Bios, artinya ; fisik) kita, Dia mengandung manusia Illahi, kebangkitan sesuai dengan janji-Nya bahwa Ia tidak selamanya dalam dunia orang mati. Kedua, dengan kebangkitan bahwa kematian sudah ditalukkan-Nya, peristiwa kematian Yesus mendemonstrasikan bahwa kejahatan manusia yang menyalibkan dan membunuh-Nya tidak berkuasa untuk meredam kebenaran Illahi.
       Penulis Kitah para rasul sebagaimana teks renungan kita hari ini, memberitahukan bagaimana follow-up (tindak lanjut) pekerjaan Allah pasca kematian Yesus. Ternyata, berita sukacita belum berakhir pada fase kematian. Setelah Yesus tidak bersama para murid-Nya lagi justru mereka semakin berkobar-kobar menjadi saksi Kristus untuk memberitakan tentang Yesus. Kini kebangkitan menjadi awal tonggak sejarah baru bahwa berita Injil belum berakhir. Mengapa? Karena masih ada pandangan bagi kalangan orang yahudi tidak mempercayai adanya klebangkitan Kristus.
         Menurut tradisi keagamaan di Israel sejak jaman Perjanjian Lama masih  kontradiksi terhadap peristiwa kebangkitan orang mati. Hal ini lebih disebabkan oleh pandangan  figuratif terhadap Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Corak berfikir figuratif berpendapat bahwa manusia sebagai ciptaan yang memiliki kelemahan, derajat yang hina, manusia yang terbagi dalam tubuh – jiwa – dan roh, maka karakter manusia yang dapat dirusak oleh dosa. Sehingga dengan pendapat yang demikian lahirlah anggapan ; manalah mungkin ada kebangkitan orang mati. Termasuk kebangkitan Yesus pun mereka tidak percayai. Kelompok yang tidak percaya ini berasal dari kelompok Saduki.
        Mereka yang menganut dan pengikut kelompok Saduki memandang manusia sebagai jasad yang fana, di dunia ‘syeol’ (dunia - bawah) tempat manusia setelah mati, ia tidak ikut menyeberang ke dunia baka (kekal), kecuali roh dan jiwa karena ia terpisah dari tubuh. Artinya, dalam kematian tidak ada pengharapan akan kebangkitan tubuh, ia terlalu lemah untuk dibangkitkan, tidak ada bayang-bayang kehidupan atas kematian manusia, tidak ada kelanjutan tubuh manusia yang mati keberadaannya tanpa pertolongan.
     Namun pandangan skeptis terhadap kematian yang statis lambat laun telah dijawab oleh perkembangan dan pendekatan Teologis (iman Kristen). Ada beberapa faktor yang merumuskan jawaban terhadap figur Yesus yang sudah mati, dikuburkan, tetapi pada hari ketiga Dia bangkit bukan sebagai manusia figuratif. Pertama, Pengharapan orang percaya. Karena adanya hubungan hidup sekarang dengan penghakiman terakhir maka kebangkitan tubuh menjadi pintu masuk ke dunia yang baru.  
      Disebutkan, orang yang percaya akan selamat dan mendapat tempat di sisi-Nya, yang tidak percaya akan dihukum.  Kedua, Kekekalan jiwa. Orang Farisi dan ajaran Yesus sama-sama berpendapat bahwa adanya hidup yang kekal secara utuh (baik tubuh, jiwa, dan roh). Karena kekekalan inilah yang memercayai adanya kebangkitan tubuh. Hidup yang kekal itu pula yang menjadi salah satu tumpuan harapan orang menjadi percaya kepada jaran Yesus. Ketiga, Pandangan Apokalyptik (mengungkap tabir). Baik Firman Yesus, maupun penglihatan Apokalyptik para Rasul berpendapat bahwa adanya perbedaan kontras antara hidup kekinian (duniawi) dengan Firdaus yang baru (sorgawi).   
Sesudah penghakiman terakhir manusia akan memasuki sebuah transformasi (perubahan bentuk) dari kecantikan kepada kemolekan, dari terang kepada kemuliaan, dari kebaikan kepada kebajikan. Hal itu akan dinyatakan sampai mereka mampu melihat suatu negeri yang selama ini tidak mereka lihat ketika di dunia. Di sana mereka akan bergabung dengan malaikat-malaikat, dan bisa melihat mahluk-mahluk yag hidup di sekeliling tahta Allah. Manusia bisa sampai ke sana jika dibangkitkan dari antara orang mati.
            Oleh karena itu, kebangkitan Yesus dari antara orang mati tidak boleh dipandang sebagai figur kamanusiaan belaka. Kebangkitan itu berhubungan dengan masa depan orang percaya yang bersifat kekal. Kebangkitan adalah spirit (semangat) baru keKristenan kita. Rasul paulus ernah berkata, bahwa sia-sialah kita menjadi pengikut Kristus bila saja tidak ada kebangkitan Kristus.
        Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan yesus.!
        Sekarang kita terpanggil menjadi saksi atas kebangkitan Yesus, kita harus memberitakan tentang apa yang sudah Yesus lakukan selama hidup-Nya sebagaimana yang telah kita dengar dari para pemberita Firman, atau sebagaimana yang telah kita baca dari kitab Injil yang menuliskan perkataan dan perbuatan Yesus. Kita telah diangkat-Nya menjadi saksi sejak kita dibaptis, dan belajar Firman Tuhan di sekolah dan di gereja.  Oleh karena itu, panggilan menjadi saksi Kristus janganlah kita tolak, jangan menunda pemberitaan kabar baik melalui perkataan, perilaku, dan tindakan nyata. Amin.!

Pematangsiantar, 30 Maret 2018
Penulis,

Pdt. Sunggul Pasaribu,STh,MPd.K
HP. : 0813-1669-6872

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia