Yohanes 21:15-19,Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah
(Yohanes 21:15-19 + Mazmur 23:1-5)
Oleh, Pdt. Sunggul Pasaribu,MPd.K

Sadar atau tidak, setiap orang mempunyai gembala dalam hidupnya. Gembala dalam arti sesuatu yang menggerakkan, memotivasi, mengarahkan, dan memengaruhi pola pikir, pilihan prioritas, perilaku, dan keputusan-keputusan dalam hidup seseorang. Gembala itu bisa berwujud uang, jabatan, popularitas, tokoh yang dikagumi, bisa juga akar pahit atau pengalaman traumatis di masa lalu.
Sesungguhnya, hal-hal tersebut bukanlah gembala yang baik. Sebaliknya malah akan menjerumuskan dan mencelakakan; baik diri sendiri maupun orang lain. Tidak sedikit tragedi di dunia ini yang dipicu dan dipacu orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh uang atau jabatan, keegoisan, pengaruh.
Gembala yang baik adalah Tuhan sendiri. Ini yang dialami dan dihayati oleh Daud. Daud sungguh-sungguh merasakan Tuhan membimbing, menuntun, dan memeliharanya. Ia memang tidak selalu bergelimang kesuksesan. Ia pun kerap hidup dalam kesulitan; pernah dibenci setengah mati dan dikejar-kejar oleh Saul (1 Samuel 19), pernah dikudeta oleh Absalom, anaknya, dan terlunta melarikan diri (2 Samuel 15). Namun, Daud merasakan betapa Tuhan tidak pernah jauh darinya. Bahkan dalam saat-saat dalam gelap sekalipun hidupnya, saat-saat kritis tetapi senantiasa Tuhan mencukupkan segala kebutuhannya. Tuhan membimbingnya ke jalan yang benar. Tuhan menyegarkan jiwanya. Ia sungguh merasakan jejak-jejak kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam setiap jengkal hidupnya.
Demikianlah halnya dengan natas Yohanes 21:15-19 ini, di mana Yesus memanggil Simon Petrus agar menjadi gembala kawanan domba-Nya. Peristiwa dialog antara Yesus dengan murid-Nya terjadi pasca kebangkitan lalu Ia menemui mereka di danau Tiberias bersama murid lainnya, Tomas, Natanael, anak-anak Zebedeus. Pada saat itu Yesus dalam penampakan kepada mereka kemudian menyapa Petrus, dengan bertanya, ; "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.". Pertanyaan ini disampaikan Yesus hingga tiga kali. Jaab Petrus pun sama.
Pertanyaan yang berulangulang hingga tiga kali yang ditujukan kepada Simon Petrus, dimaksudkan untuk mempertegas komitmen para murid ; apakah mereka masih setia untuk menjadi saksi, menjadi pemberita kabar baik tentang apa yang sudah disampaikan Yesus selama dalam pelayanan-Nya.
Dengan kata lain Tuhan mau berbicara, kasih kepada-Ku tidak cukup engkau ucapkan berulangkali, tetapi lakukanlah dengan perbuatan rasa kasihmu itu kepada semua orang yang ada disekitarmu, sebab jika engkau melakukannya untuk mereka itu berarti engkau sudah melakukannya untuk-Ku.
Di sini kita bisa melihat bahwa untuk menyatakan kasih kita kepada Tuhan itu jelas harus dilakukan dengan perbuatan. Kalau dibuat lebih sederhana lagi maka kalimatnya akan seperti ini “jangan asal ngomong, tapi berbuat”. Ini yang Tuhan mau dari hidup setiap orang percaya jika benar kita mengasihi Tuhan haruslah disertai dengan perbuatan.
Terkadang ada begitu banyak orang percaya atau orang kristen dengan bangganya mengatakan dia anak Tuhan, dan dia sangat mengasihi Tuhan, tetapi dalam kenyataan hidupnya ia begitu sulit berbuat baik kepada orang lain, bahkan terhadap saudaranya sendiri, dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kalu sikap hidup kita seperti ini apakah pantas kita disebut sebagai anak Allah, atau orang yang mengasihi Allah. Mengashi Tuhan sama nilai juga harus mengasihi sesama melalui perbuatan tanpa pamrih.
Apakah artinya “mengasihi Tuhan” bagi Anda? Bisa jadi frase ini tidak lagi berarti apa-apa dalam hidup kita selain sebuah ungkapan yang indah untuk didengarkan atau dinyanyikan. Bukankah kita cenderung lebih suka dikasihi daripada mengasihi? Apalagi jika mengasihi itu melibatkan hal-hal yang membuat kita tidak nyaman, seperti yang diminta Yesus dari Petrus (ayat 18-19). “Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku,” kata Yesus. Sungguhkah kita mengasihi Tuhan.
Kasih kepada Yesus harus  dibuktikan lewat kesediaan untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Yesus adalah Gembala yang baik, yang mengenal domba-domba-Nya, yang memanggil mereka dengan namanya masing-masing. Mereka pun mengenal Dia dan mendengarkan suara-Nya. Mereka mengikuti Dia karena mereka percaya pada-Nya sebagai Gembala yang baik dan yang mengisihi mereka. Ia menuntun mereka ke luar kandang menuju padang rumput yang hijau (Yoh.10:1-10; bdk.Yeh.34:11-16;Mzm.23:1-6).
Seperti panggilan kepada Simon Petrus ini juga ditujukan kepada kita yang hidup di abad dua puluh satu ini. Yesus beranya kepada kita, ; “Hai, Bapak, Ibu, Saudara-saudara pembaca Harian Sinar Indonesia Baru tercinta ini, apakah kalian mengasihi Aku”?  Jika saudara semua mengasihi Aku maka gembalakanlah domba-domba-Ku, yaitu ; anak-anak sekolah minggu, remaja yang masih pelajar dan mahasiswa, para orangtua yang kurang perhaian terhadap anak-anaknya, para pejabat yang korupsi. Mereka saat ini hampir tersesat oleh buaian kemajuan tehnologi digital yang membuat mereka cenderung malas, pragmatis, egois, tidak lagi kreatip.
Karena Yesus mengasihi Simon Petrus dan kita juga maka hendaknya kita menjawab panggilan Yesus ini secara kreatip dan tulus. Amin.

Pematangsiantar, 5 April 2018
Penulis,


Pdt. Sunggul Pasaribu,STh,MPd.K
HP. : 0813-1669-6872  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia