MAKNA TEOLOGIS KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA, Pdt. Sunggul Pasaribu,MPdK

Menyambut Perayaan Hari Kenaikan Tuhan Yesus,

Yesus Naik Ke Surga, Tetapi Segera Kembali
Oleh, Pdt. Sunggul Pasaribu, MPdK

Ada lima peristiwa Kristus yang dirayakan secara Gerejani, yaitu ; Peristiwa Kelahiran, Kematian, Kebangkitan, Kenaikan, dan Turunnya Roh Kudus. Kelima peristiwa ini sama kedudukan dan maknanya dalam konteks Gereja yang meletakkan dasar keyakinannya terhadap Allah yang Tritunggal, yaitu,; Allah Bapa, AnakNya Yesus Kristus, dan Roh Kudus.  
Peristiwa Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus, adalah episode Allah yang mendunia, sebab peristiwa kematian dan kebangkitanNya sudah Dia lewati dengan bukti dan fakta Kristus. Kini Ia akan naik ke surga, sehingga peristiwa kenaikan merupakan penghubung antara masa lalu dan masa depan, antara Kelahiran dan KedatanganNya kembali. Peristiwa kenaikanNya ke sorga bukan sebagai perpisahan. Melainkan, untuk mengingatkan bahwa Tuhan Yesus akan hadir kembali ke dunia ini, tetapi dalam wujud Roh Kudus. 

Kepergian Yesu Dan Kedatangan-Nya Kembali.  
Sesuai fakta Alkitab dan menjadi Pengakuan Gereja dan orang percaya bahwa Yesus Kristus sudah naik ke sorga. Peristiwa Illahi yang demikian mungkin saja akan membingungkan dan lama kelamaan bisa ditolak logika apabila tidak ada penjelasan yang teologis dan Alkitabiah. Peristiwa Yesus Kristus naik ke sorga adalah juga setara dengan peristiwa teologis tentang Yesus yang dikandung dari Roh Kudus dan peristiwa kelahiranNya dari anak dara Maria.
Ketiga peristiwa illahi seperti ini merujuk kepada rahasia Ilahi di bumi ini. Ia bukannya seorang manusia biasa saja, melainkan ia berasal “dari atas”, “dari sorga”, “dari Allah”. Demikianlah “KenaikanNya ke sorga” dimaksudkan menjadi suatu tanda yang menunjuk kepada rahasia kepergiaan Kristus dari bumi ini. Kenaikan itu menyatakan, bahwa Yesus sudah beralih daripada hidupNya di bumi ini kepada hidupNya sekarang didalam kemuliaan Allah Bapa.
Tentang Kenaikan ini adalah suatu peralihan. Pada waktu pemerintahan Pontius Pilatus maka Yesus sudah disalibkan, lalu mati, kemudian dikuburkan, tetapi pada hari ketiga Ia sudah bangkit dari antara orang mati. Kini Ia sedang duduk di sebelah kanan Allah. Maka “Kenaikan” Kristus ke sorga menunjuk kepada peralihan daripada kata “sudah” kepada kata “sedang” itu.  Karena itu dapatlah dimengerti, bahwa peristiwa kenaikan itu menunjuk Allah yang Immanent (Allah yang bertahta di surga.
Kenaikan Kristus ke sorga tidak dapat diartikan sebagai kiasan  untuk melukiskan  pengalaman-pengalaman secara mistik, yakni pengalaman-pengalamn “Jiwa” yang naik sampai kepada pengetahuan yang paling tinggi, atau mengartikannya untuk melukiskan perjalanan jiwa manusia sesudah kematian. Kristus kemudian naik ke surga setelah kebangkitanNya. Ia telah bangkit sebagai manusia biasa Bukan saja “JiwaNya” yang naik ke sorga; bukannya Ia naik ke sorga sebagai Anak Allah yang sudah meninggalkan kemanusiaanNya.
Bila selama di dunia ini Yesus bagai seorang budak (pelayana) tetapi, kini Ia adalah sebagai seorang Raja, seorang Raja sorgawi, yaitu Yesus Kristus yang hidup  serta memerintah dari sorga. Dan didalam pemberitaan itu kita diperingatkan bahwa “masa kini” adalah “masa selang”. Artinya, masa antara waktu kepergian Kristus dari bumi ini dan waktu di mana Ia akan datang dengan kemulianNya untuk menyatakan KerajaanNya. Dalam kerajaan itu manusia akan mengambil bagian sepenuhnya dalam kemuliaan Kristus. Sebab, Dia yang telah mendahului kita masuk ke dalam kemuliaan itu. Dialah “Anak Allah” yang benar-benar menjadi manusia seperti kita dan tetap tinggal manusia, juga didalam kenaikanNya itu. 

Kemanakah Kristus Pergi.?  
Dikatakan, bahwa Yesus Kristus sudah naik ke surga. Menjadi pertanyaan; apakah yang dimaksudkan dengan kata “surga”.? Didalam Alkitab surga itu dibayangkan sebagai “tempat” dimana Allah “hadir secara khusus”. Tetapi, bukankah Allah “hadir dimana-mana”.? (Mazmur 139). Supaya kita jangan dibingungkan dengan arti kata “surga” dengan kehadiran Allah dimana-mana.
Ada baiknya, diperlukan penjelasan yang teologis. Pertama, “Kehadiran Allah dimana-mana” bukanlah berarti bahwa Allah laksana suatu zat yang tak kelihatan, yang meliputi sekitar kita dimana-mana. Atau, tidak juga berarti bahwa “segala sesuatu” ataupun “di dalam segala sesuatu” ada seperti suatu zat keillahian, sebagaimana diajarkan didalam ‘Pantheisme’. Pengertian Allah hadir dimana-mana diartikan sebagai berikut: Tuhan,  adalah Allah yang hidup dan berfirman dan bertindak, ada dekat kita dan menyertai kita kemanapun kita pergi, Ia mengawasi kita, Ia memperdulikan kita, Ia melindungi dan dan memimpin kita. 
Kedua, pengertian “surga” bukanlah sebuah kota terbuat dari emas ataupun kaca dan berdindingkan intan (Wahyu 21:18). Namun demikian, ada dikatakan bahwa Allah “ada di dalam surga” sebagai kehadiran-Nya yang khusus  Lebih jelasnya, Allah memerintah dunia, akan tetapi secara khusus dan langsung Ia memerintah GerejaNya. Demikian juga Ia “hadir dimana-mana”, akan tetapi Ia berada, Ia bertahta, berda dan Ia diam “di dalam surga”.
Peristiwa Yesus Kristus naik ke surga, berarti; bahwa Ia kembali ke ‘tempat’ dimana Allah “diam” dan “bertahta”. Kenaikan itu berarti, bahwa Yesus Kristus, Tuhan yang telah disalibkan dan bangkit pula, sudah ditinggikan oleh Allah, sehingga sepenuhnya Ia mengambil bagian pada kemuliaan Allah, pada kekuasaanNya, pada pemerintahanNya. Kenaikan ke surga mengungkapkan rahasia tentang peralihan Kristus dari “cara hidup”Nya di bumi kepada “cara hidup” Allah Bapa.
Maka, kenaikan Tuhan Yesus ke surga akan membuka jalan dan waktu yang baru tentang masa depan orang percaya di akhir jaman (Kisah rasul 2:7). Jalan baru itu akan dibuka kembali dengan cara pengutusan Roh Kudus, yang akan diturunkan dari surga, dan akan bekerja diantara kita. Dari surga, dari tahtaNya, dari kemuliaanNya, Roh Kudus akan diutus ke dunia dan akan menjadi kekuatan (spirit) untuk memperbaharui hidup kita. Manusia secara badani memang tidak lagi melihat Dia yang sudah naik ke surga, tetapi dengan dan melalui Roh Kudus itulah yang memampukan kita membuka persekutuan antara manusia dengan Allah, mempersatukan yang berbeda, menghibur yang berduka, mengikat yang bercerai-berai. Untuk pengutusan Roh Kudus inilah mengapa Ia harus naik ke surga. 

Refleksi Teologis. 
Merayakan peristiwa kenaikan bagi Gereja masih berada pada konteks paskah, sehingga kita masih diingatkan peristiwa Salib, di mana orang Kristen masih diselimuti suasana penderitaan, dan penyaliban oleh dunia ini.  Jika hanya memandang kekejaman para penguasa dunia sehingga Tuhan Yesus harus disalibkan, mati, dan dikuburkan, tentu kita akan menjadi orang yang frustasi dan kecut menghadapi rejim yang anti-Kristus. Tetapi, ingatlah bahwa pada perayaan kenaikan Yesus ke surga, kita dijanjikan suatu pengharapan dan hidup baru oleh Roh Kudus.
Inilah sebagai kekuatan kita dalam menapaki aktifitas dan perjalanan hidup di dunia ini yang penuh tantangan, masalah dan perjuangan. Oleh sebab itu, kita harus bangkit kembali di dalam perngharapan, kesatuan dan persatuan di dalam Roh Kudus sebagai pengikat orang percaya dalam bersekutu, bersaksi, dan melayani.
Dengan perayaan KenaikanNya ke surga, kita diingatkan, Pertama. Masa lalu adalah penderitaan dan kematian tetapi berakhir didalam kemenangan dan kemuliaan. Kedua. Masa depan orang percaya adalah menuju surga yang disediakan kini dan di sini. Jadi, kenaikan Kristus ke surga untuk menyediakan kehidupan kekal dan kebahagiaan. Inilah pengharapan orang Kristen. Bukan dunia ini yang menjadi pengharapan dan tujuan akhir tetapi kehidupan kekal. Percayalah..!
(Penulis, Dosen Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar)

Pematangsiantar, 08 Mei 2018
Penulis,


Pdt. Sunggul Pasaribu,STh,MPdK

HP. : 0813-1669-6872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia