Khotbah Mazmur 118:22-29, Pdt Sunggul Pasaribu

Kita Berharga Di Mata Tuhan
(Mazmur 118:22-29)
Oleh Pdt Sunggul Pasaribu
                                                                                                                                       
Hanya ada satu keputusan terhadap suatu barang atau benda yang sudah rusak dan tidak berfungsi lagi yaitu dibuang. Barang atau benda yang sudah rusak apabila dibiarkan begitu saja sampai barang atau benda itu lama-kelamaan menjadi semakin rusak, hancur dan hilang dengan sendirinya, segala sesuatu barang yang rusak, usang, yang tidak perlu tentu saja harus dibuang. Tetapi untung ada pemulung yang memungut kembali barang-barang tersebut kemudian diperbaiki atau diolah pabrik kembali sehingga brang rongsokan tersebut menjadi berfungsi. Tidak sedikit orang yang pernah berbuat dosa, pernah gagal, pernah teledor dan pernah berbuat salah akhirnya menjadi semakin merasa dikucilkan, tersisihkan dari pergaulan, terhina, dan dikeluarkan dari keanggotaan kelompok atau di masyarakat karena dianggap tidak bernilai.    
Bila dalam perilaku hidup keseharian kita menjadi orang tersingkir karena dianggap atau dinilai sebagai orang yang tidak bernilai, tidak berguna, akan tetapi menurut nats ini renungan kta hari ini bahwa di hadapan Tuhan tidak ada yang tidak berarti, tidak ada yang tidak berguna. Allah kembali membentuk kemanusiaan kita yang rusak, yang gagal, yang berdosa, yang oleh dunia memandang sebelah mata supaya menjadi manusia baru dan disempurnakan-Nya. Sikap dan cara kerja Allah dalam memperbaiki kemanusiaan kita ini digambarkan oleh nabi Yeremia dalam kitab Yeremia 18:4, dikatakan ; “Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu akan mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”. Kalimat itu mengajarkan bahwa sekalipun seseorang telah rusak tetapi Tuhan tidak membuangnya melainkan diperbaiki sampai berguna kembali.  
Nats renungan kita yang diambil dari kitab Mazmur 118:22-29, menunjukkan kepada kita bagaimana Tuhan menyayangi umat-Nya, Ia membuat kita menjadi layak, menjadi baik, menjadi pulih kembali sebagaimana sejak awal penciptaanNya terhadap manusia, walaupun sebenarnya kita sering dipandang sebagai batu yang pecah, batu yang kurang berguna, batu yang layak dibuang, namun Allah berkenan, mau dan rela untuk merehabilitasi kita. Hal inilah yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus melalui penderitaan yang dijalani-Nya di kayu Salib.  Kerelaan-Nya menghadapi hidup sengsara, menderita, diadili, dikhianati, dicaci-maki, hingga menyerahkan nyawa-Nya hingga mati di kayu Salib sebagai proses keselamatan umat manusia dan dunia.               
Kiasan mengenai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan dalam Mazmur 118:22 ini adalah mengacu kepada umat Israel yang dibuang ke pembuangan – Babel oleh karena keberdosaan mereka sendiri, sehingga mengalami penderitaan dan ketidakberdayaan. Oleh pemazmur digambarkan seperti orang-orang yang dikepung, jatuh dan hampir mati sehingga dikiaskan dengan batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, karena dianggap sudah pecah dan tidak berguna lagi. Tetapi Tuhan berinisiatif mengangkat dan memperbaikinya menjadi batu yang utama yang lebih berkualitas dari semua batu-batu yang lain.
Inilah sebuah tindakan ajaib dan merupakan anugerah yang Tuhan sediakan bagi umat-Nya yang tadinya mengalami kegagalan, keberdosaan dan penderitaan oleh karena ulah dirinya sendiri. Tindakan ajaib itu Dia lakukan bukan karena umat-Nya masih pantas dinilai benar atau masih memenuhi syarat dalam hal kebaikan sama sekali tidak demikian, tetapi semata-mata karena keajaiban kasih karunia Tuhan. Efesus 2:8 mengatakan “karena kasih karunia kamu diselamatkan, itu bukan hasil usahamu atau perbuatanmu, jangan ada yang memegahkan diri” Artinya, pemulihan dan keselamatan yang diterima manusia itu sebenarnya sesuatu yang tidak terbayangkan, tidak terimpikan atau tidak bisa dituntut oleh manusia, karena memang tidak memenuhi syarat.
Tetapi jika ternyata batu-batu itu diambil dan dijadikan batu penjuru, semata-mata karena anugerah. Mazmur 112, mulai ayat. 24-29, merupakan ungkapan-ungkapan yang menyatakan betapa besarnya kasih Tuhan, betapa sempurnanya kebaikan Tuhan dan betapa tingginya kemurahan Tuhan bagi umat-Nya. Maka dalam Mazmur 118 ini ditutup pula dengan kalimat “Bersyukurlah kepada Tuhan, bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”. Pesan peMazmur ini ingin menyatakan bahwa kebaikan dan kasih Tuhan yang telah menyelamatkan umat-Nya itu sungguh tidak terbatas dan tidak ternilai oleh apapun juga. Bagaimana dengan kita, mungkin kita adalah orang yang pernah gagal, pernah jatuh dalam dosa dan pernah menderita karena kesalahan kita sendiri! Kita merasa sudah tidak berguna lagi sehingga layak dibuang, dibiarkan atau ditelantarkan. Tetapi hari ini Tuhan masih membuka tangan-Nya lebar-lebar menyambut kita untuk memulihkan kita agar menjadi batu menjuru yang lebih utama dari yang lain-lainnya, karena kita sungguh berharga di mata Tuhan.
Tetapi ingat.! Kita berharga bukan karena kita hebat, bukan karena kita memiliki status sosial yang terpandang, bukan karena pendidikan kita, bukan karena jasa kita, bukan karena kebaikan kita. Tuhan menganggap kita berharga karena seharusnya dihukum oleh kesalahan dan dosa-dosa kita namun oleh karena kasih-Nya maka kematian dan hukuman Tuhan untuk sementara ditunda oleh Allah. Amin.!
Pematangsiantar, 22 Maret 2019
Penulis,

Pdt Sunggul Pasaribu,STh,MPAK

HP. : 0813-1669-6872. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia