Advent
Mempersiapkan Jalan Tuhan
(Yesaya
40:5)
Oleh, Pdt.
Sunggul Pasaribu,M.Pd.K
Pada saat kita
memasuki bulan Desember atau minggu Advent, yaitu, menanti kabar
bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, respons tiap-tiap orang
berbeda-beda. Ada yang berpendapat
bahwa saat ini tidak ada masalahnya bila orang Kristen atau gereja melakukan
perayaan natal. Sehingga dengan suasana perayaan natal maka menjadi hilang pula
perasaan menunggu sebab ia sudah datang saat ini dan di tempat ini.
Bagaimanakah perasaan dan suasanannya? Kita merasa senang, gembira, sukacita
penuh menyanyikan lagu kidung natal, suasana pesta mewarnai kegiatan Kristiani.
Namun bagi mereka yang beranggapan dengan memaknai arti
dan makna Advent (menanti kedatangan sang Raja Damai) sebagai ketentuan
kalender gerejani maka suasana perayaan pun dihindarkan sebab dipengaruhi
pandangan belum saatnya tiba untuk merayakan sang Kristus yang lahir (natal). Mereka
yang mengambil posisi untuk tetap konsisten dalam merayakan Advent bukan
berarti menjadi Kristen yang pasif terhadap perayaan natal, juga bukan
bermaksud masa bodoh dengan perayaan natal.
Benar kita dalam berAdvent, berarti kita sedang menanti
persiapan akan kehadiran Kristus yang akan datang sebagai raja dan juru S’lamat
dunia dan manusia. Oleh karena itu sebenarnya kita juga sedang menantikan
persiapan jalan bagi Tuhan sang raja dan sang juru S’lamat. Menantikan,
mempersiapkan, bertindak membuat perencanaan bagaimana sikap dan perbuatan kita
dalam menyambutNya tidak kalah pentingnya dengan mereka yang sedang merayakan
bahwa sang raja dan juru S’lamat usdah berada ditengah-tengah kita.
Kurang baik juga bila sikap kita sangat
tidak peduli dan masa bodoh dengan
suasana natal yang sudah dan sedang berkumandang dimana-mana. Sebenarnya saat
ini kita sedang mempersiapkan jalan Tuhan menjelang perayaan hari kelahiranNya
(Natal). Demikian halnya dengan peristiwa ketika di jaman nabi Yesaya, dimana
umat Israel sedang menanti Mesias menjadi raja untuk melepaskan mereka dari
belenggu perhambaan dan penjajahan. Allah berseru melalui nabi Yesaya di mana
suara yang berseru supaya mereka mempersiapkan jalan bagi Tuhan di padang belantara, di mana jalan
yang berbukit akan diratakan, dan tanah yang berlekuk akan diratakan (Yesaya
40:5).
Inilah sukacita kita pada masa Advent ini, di mana dalam
nats seperti ini kita semakin diyakinkan bahwa Tuhan sedang merancang dan
merencanakan perbuatanNya untuk membebaskan kita dari belenggu perhambaan dosa.
Seruan untuk menyambutNya bahwa Dia sendiri melalui para nabi, hamba-hambaNya
sedang diutus untuk mempersiapkan jalan bagiNya, sebab kemuliaan Tuhan akan
menyelimuti seluruh bumi. Dalam Perjanjian Baru hal ini dapat kita lihat apa
yang dilakukan oleh Yohannes Pembaptis dalam kita Injil (Matius 3:1-17) yang
tampil di galilea dengan suara kotbah bertemakan pertobatan.
Dalam hal ini kita diingatkan pentingnya mempersiapkan
hati yang bertobat bila menerima dan menyambut sang Kristus yang lahir. Inti
pertobatan menjadi prasyarat dalam masa penantian. Sebagaimana Yohannes
Pembatis yang berseruseru supaya memperbahari hati dan sikap bila menyambut dan
menerima sang Mesias yang dinantikan. Dalam konteks minggu Advent dan memasuki
perayaan natal yang sedang berkumandang mengingatkan bahwa sukacita hati dengan
membersihkan hati, serta bertobat menjadi kunci utama dalam merayakan natal di
saat minggu Advent.
Memang harus diakui juga dimana dalam masa penantian
untuk menyambut kelahrian Yesus melalui perayaan natal sungguh terlihat
pro-aktif. Hal ini dapat kita buktikan dengan suasana perayaan natal yang gegap
gempita. Meskipun pada minggu Advent saat ini namun hiruk pikuk dan suasana
natal amat kenatal bagi keKristenan kita di seantero dunia ini. Karena suasana
natal memang hampir terlihat sirna perayaan Advent bagi orang Kristen. Merayakan
natal dalam suasana Advent perlu diingatkan tentang persiapan hati dan pertobatan
hidup.
Saudara-saudara seiman.! Adakah kesalahan dengan kalender
gerejani yang dilakukan oleh gereja dan orang Kristen dewasa ini dalam
merayakan natal? Bisa muncul jawaban yang bervariasi. Misalnya, merayakan natal
dalam suasana Advent bisa juga menggeser hari raya minggu Advent. Sebaliknya,
merayakan Advent tetapi menjadi kurang bersemarak lagi merayakan natal di bulan
ini sebab kita akan memasuki beberapa hari lagi memasuki tahun yang baru segera
berganti jika merayakan setelah tanggal duapuluh lima.
Sebenarnya yang terpenting bagi kita jangan mengabaikan
hakiki atas dua topik perayaan dalam bulan desember,yaitu ; tema berAdvent,
masa penantian, masa persiapan sebagai persiapan hati untuk menyambut dan
menerima Kristus sebagai Mesias, Raja, dan Juru S’lamat. Persoalannya dengan
perayaan natal kita dewasa ini, dimana tendensi perayaan natal menjadi pesta
pora, seremoni belaka, kurang berdimensi vertikal, berpola materialisme,
konsumeris, seusai pesta tapi tidak menimbulkan dampak perubahan dalam sikap
dan perilaku.
Anekdotnya kira kira begini. Dalam perayaan natal, dua
bulan sebelumnya, membentuk panitia, mengadakan rapat panitia beberapa kali
hanya urusan teknis, biaya pesta, merancang acara seremoni, mencari sumbangan
biaya natal, mencari pengkhotbah ulung, menyewa sound sistem ribuan watt, menyewa
penyanyi (artis), menghiasi tempat acara (gedung) dengan pernak pernik dan
asesoris natal. Tapi jangan melupakan pesan dan kesan yang akan kita peroleh
tentang Yesus yang menjadi manusia sebagai Juru S’lamat supaya perayaan natal
benar-benar telah membuka jalan bagi kemuliaan Tuhan. Amin.!
Pematangsiantar,
09 Desember 2017
Penulis,
Pdt. Sunggul
Pasaribu,STh,M.Pd.K
HP.:
0813-1669-6872
Tidak ada komentar:
Posting Komentar