KITA BERHARGA DI MATA TUHAN (Yesaya 41:14-20), Oleh, Sunggul Pasaribu,MPdK

Kita Berharga di Mata Tuhan
(Yesaya 41:14-20)
Oleh, Pdt. Sunggul Pasaribu

Rasa takut yang ada di dalam diri seseorang kadangkala bisa muncul diluar jangkauan pemikiran kita. Waduh, tiba-tiba kita berkata,; "Di manakah Engkau, Tuhan?" Kalimat tanya bernada menggugat ini sering kita lontarkan saat Tuhan terasa meninggalkan kita dalam ketakutan, apalagi pada saat itu kita justru sangat membutuhkan uluran tangan-Nya. Benarkah Tuhan meninggalkan kita pada saat yang dernikian?  
Apakah saudara pernah mendengar kisah Foots Print, illustrasi jejak-jejak kaki. Kita berjalan-jalan di pantai bersama Tuhan. Pada saat yang sangat bahagia, kita melihat dua pasang jejak kaki di belakang kita. Sepasang kaki kita dan sepasang kaki Tuhan. Anehnya, justru pada saat kita menghadapi masa-masa yang paling sulit, masa masa menakutkan, kita melihat,: jejak kaki itu tinggal sepasang. Di situlah kita menggugat, "Di manakah Engkau, Tuhan?" Maka Tuhan menjawab dengan tepat dan mengharukan ; "Anak-Ku, engkau sangat berharga di mata-Ku, Aku sangat mengasihi engkau dan Aku tidak akan meninggalkan engkau. Pada waktu engkau dalam bahaya dan dalam penderitaan engkau hanya melihat sepasang jejak kaki saja, karena pada waktu itu Aku menggendong engkau."…
Saudara-saudari terkasih.!
Umat Israel juga di dalam nats ini berada dalam situasi “Takut“.ini adalah kondisi ketika Israel dibuang ke Babel, layaknya orang yang terpenjara, terkurung, dan tertawan, umat pilihan Tuhan tak berdaya diantara bangsa-bangsa disekelilingnya. di ayat 14 dikatakan : Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman Tuhan, dan yang menebus engkau ialah yang Mahakudus, Allah Israel”.
Simbol cacing Yakub dan ulat Israel menggambarkan Tanpa Tuhan, Israel tidak lebih dari seekor cacing dan ulat yang lemah, yang tak berdaya dan yang dengan mudahnya diinjak oleh dunia. Kita harus menyadari betapa kecilnya, betapa lemahnya dan betapa tak berdaya nya kita dihadapan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita umat Tuhan, untuk tidak pernah merasa hebat, tetapi harus menyadari semua yang kita dapat, yang kita alami di dunia ini hanya kasih karunia dari Tuhan saja. Ulat dan cacing adalah spesies binatang melata, yang lemah dan bila dibanding dengan binatang atau hewan-hewan lainnya yang lebih besar, lebih kuat, dan buas, ulat dan cacing tidak ada apa-apanya. Penyamaan kedudukan Israel ini menunjukkan mereka seharusnya hidup dari ketergantungan kepada Tuhan.
Dalam hal ini Tuhan mampu membuat mujijat, bagaimana Tuhan mampu memberi kesempurnaan kekuatan untuk menjaga bangsa Israel. Bagaimana Tuhan memberi kekuatan dan harapan untuk Israel. Kadang kala di dalam kehidupan kita, kita merasa sangat lemah, tidak berdaya , menderita, tidak punya harapan lagi dan mungkin di suatu ketika pernah pernah di tahap hancur lebur. Situasi yang kadang tidak ada jalan keluarnya bagi akal manusia. Kita terpuruk dan merasa seolah sudah tidak ada harapan lagi di dalam hidup kita.
Mari kita lihat jawaban Tuhan dalam ayat 17 hingga ayat 19 : Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan; tetapi Aku, TUHAN, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak akan meninggalkan mereka.Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering.Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya.
Di sini Tuhan memberikan janji kepada umat-Nya bahwa bagaimanapun keadaan keterpurukan manusia namun Tuhan akan selalu menolong, menyertai dan menopang kehidupan kita. Penderitaan yang menyedihkan atau masa-masa penuh bahaya paling suram pun Tuhan akan memperhatikan semua kebutuhan umatnya. Ia akan menyegarkan jiwa kita dengan makanan dan minuman, Ia menyediakan taman taman rindang yang indah dan hutan hutan kecil bagi kebahagiaan hidup kita.
Suatu hari ada seorang ibu yang ingin berangkat ke suatu daerah. Sang ibu berpesan kepada suaminya agar tak lupa memberi makan anak mereka. Semua makanan sudah disiapkan di lemari es. Esok harinya si bapak memanaskan makanan dan sembari mengeluarkan pudding ke atas meja makan. Lalu si anak bangun dan mengambil langsung pudding tersebut. Tetapi si bapak mengambil pudding itu dan menyimpannya kembali ke dalam lemari es. Lalu si ayah berkata,; “ Nak..kamu makan nasi dulu, setelahnya baru papa kasih pudding yah.” Tetapi si anak terus menerus merengek-rengek dan menangi. Si anak me raung raung meminta pudding. Tetapi si ayah tetap tidak memberikannya.
Seperti illustrasi inilah Tuhan bersikap kepada kita bahwa tidaklah otomatis semua yang kita minta dipenuhi-Nya bila hal itu bukan menjadi kebutuhan kita. Ingatlah, kita sungguh berharga di hadirat-Nya maka percayalah kepada Tuhan supaya kita selamat. Amin.

Pematangsiantar, 8 Juni 2018.
Penulis,

Pdt. Sunggul Pasaribu,STh,MPdK

HP. : 0813-1669-6872. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Renungan Minggu

http://lirikbukuende.blogspot.com/2017/08/bn-1-hai-bangkitlah-jiwaku.html

BN HKBP

Agama

Teologia